BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Kegiatan belajar mengajar di sekolah seharusnya mendorong
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu, program
pendidikan yang dikembangkan perlu menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir
siswa, yaitu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
(Prasetiyo & Mubarokah, 2014:10). Salah satu kemampuan berpikir yang sering
diabaikan dalam pendidikan formal adalah kemampuan berpikir kreatif (Sari, Sumiati,
& Siahaan; 2013:61).
Pendidikan formal selama ini hanya menekankan perkembangan
yang terbatas pada ranah kognitif saja, sedangkan ranah afektif (sikap dan
perasaan) kurang mendapat perhatian. Terbukti pada pembelajaran di sekolah,
kegiatan yang menuntut pemikiran divergen atau berpikir kreatif masih terbatas sehingga
siswa tidak terangsang untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku kreatif. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa terlibat secara
aktif meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya sehingga dapat mempermudah
memahami pembelajaran. Di samping itu, mampu mendorong pembelajaran yang
berpusat pada siswa, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator (Supardi, 2012:249).
Pembelajaran akan berhasil apabila
di dalamnya terdapat suatu proses yang kreatif, yakni upaya-upaya penting yang
dilakukan untuk mendayagunakan potensi kognitif dan afektif siswa secara
optimal, sehingga ide-ide baru dan cerdas lebih terakomodasi. Usaha untuk
menciptakan hal tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode, model, maupun media pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif. Akan tetapi, pada kenyataannya masih terdapat guru yang
mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode ceramah yang
bersifat teoritis informatif dan belum menekankan pada proses berpikir siswa
secara mandiri untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya (Solekha &
Kardoyo, 2015:576).
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan
pada saat melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Patimpeng, guru mata pelajaran ekonomi belum efektif menggunakan model
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher
centered) yang ditandai dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah sehingga
mengakibatkan siswa cenderung pasif, pembelajaran lebih menekankan memorisasi
dan mencatat materi yang dipelajari tanpa memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada siswa untuk mengonstruksi sendiri pengetahuannya terhadap pembelajaran. Selain
itu, guru belum optimal memanfaatkan fasilitas multimedia pembelajaran yang ada
sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, guru hanya
menggunakan buku paket sebagai media pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat teacher
centered mengekang kreativitas siswa dan tidak menimbulkan suasana belajar
interaktif sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal (Kuspriyanto
& Siagian, 2013:133).
Khoiri, Rochmad, & Cahyono
(2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
bersinergi dengan kemampuan pemecahan masalah. Artinya, semakin tinggi
kemampuan berpikir kreatif siswa, maka kemampuan pemecahan masalah akan semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan berpikir kreatif siswa, maka
kemampuan pemecahan masalah siswa pun semakin rendah. Wang (2011:9) menegaskan bahwa
berpikir kreatif dan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif. Artinya,
tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa menentukan hasil belajar siswa yang
maksimal terhadap pembelajaran.
Tsai
(2013:1) memaparkan bahwa dalam dunia yang kompetitif seperti
sekarang ini, satu-satunya hal yang konstan adalah perubahan dalam bentuk
kreativitas. Akibatnya, kapasitas kreatif adalah kuncinya. Kreativitas telah menjadi topik yang terus berkembang dalam dunia
pendidikan. Suka atau tidak, guru berfungsi sebagai metronom (mengatur tempo dengan tepat), mengatur pola dan menetapkan model
pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan untuk mengasah dan meningkatkan potensi
kreatif siswa.
Berdasarkan fenomena dan
temuan-temuan yang diperoleh di lapangan, maka guru dituntut untuk berinovasi
dalam proses pembelajaran serta pandai mencari solusi penerapan model
pembelajaran yang ditunjang dengan pemanfaatan media pembelajaran yang tepat dalam
upaya mengatasi permasalahan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
berkembang pada saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang mengondisikan siswa untuk aktif dalam forum
diskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain dalam usaha mengatasi
masalah belajar demi tercapainya tujuan pembelajaran (Suwarni & Rochim, 2012:91).
Beberapa model pembelajaran
kooperatif sudah mulai dikembangkan. Akan tetapi, peneliti memilih dua model
pembelajaran yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan
model pembelajaran Think Talk Write (TTW), kemudian dielaborasikan menjadi model
pembelajaran terbaru menjadi model pembelajaran Numbered Heads Think Talk
Write Together.
Model
pembelajaran Numbered Heads Think Talk Write Together merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan pengelompokkan siswa dalam tim-tim pembelajaran
antara lima sampai enam anggota tiap kelompok secara heterogen. Kegiatan
pembelajaran menekankan siswa lebih berpikir daripada menghafal, memahami
pembelajaran dengan baik melalui diskusi, mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif dalam menjawab permasalahan atau soal tes, mendorong siswa bersikap
demokratis dalam efektivitas belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Kegiatan
belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien apabila didukung dengan
tersedianya media yang menunjang (Putra, Kesiman, & Darmawiguna; 2013:130).
Penggunaan media yang tepat akan memberikan pengalaman belajar yang tepat
kepada siswa, sehingga siswa dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya tentang
suatu konsep. Semakin konkret media yang digunakan, maka pengalaman yang diperoleh
siswa akan semakin tinggi (Wahyuningsih, Jamaluddin, & Karnan; 2015:47).
Media pembelajaran berbantuan
komputer merupakan alternatif pilihan yang dapat digunakan guru sebagai penunjang
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Komputer dapat digunakan sebagai media
pembelajaran interaktif karena menyediakan fasilitas audio visual yang
menarik (Tamami, 2014:1). Salah satu multimedia interaktif yang terintegrasi
dengan komputer adalah video.
Media video merupakan sesuatu benda
yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. Penekanan media
video pembelajaran terdapat pada audio dan visual yang berguna
meyampaikan bahan pelajaran dari guru kepada siswa, dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, minat, pemahaman, dan memproses, serta menyusun kembali
informasi visual atau verbal sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih efektif (Sari & Siagian, 2013:7). Pemanfaatan sumber
daya audio visual memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Artinya, pengintegrasian media audio
visual dalam kegiatan belajar
mengajar berdampak pada hasil belajar siswa yang maksimal terhadap pembelajaran
(Ode, 2014:200).
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka perlu dilakukan penelitian untuk
memecahkan permasalahan terkait rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh
karena itu, peneliti berinisiatif dan tertantang akan melakukan penelitian
dengan mengimplementasikan model pembelajaran Numbered Heads Think Talk
Write Together berbantuan media audio visual untuk memecahkan
permasalahan terkait rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran ekonomi
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Patimpeng..
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka peneliti merumuskan masalah, “Apakah terdapat pengaruh penerapan
model pembelajaran Numbered Heads Think
Talk Write Together terhadap kemampuan
berpikir kreatif pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1
Patimpeng?”.
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah
di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu “Untuk mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Think Talk Write Together
terhadap kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran ekonomi kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Patimpeng”.
1. .
D. Pembatasan
Masalah
Agar
masalah dalam penelitian dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka peneliti
membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran Numbered
Heads Think Talk Write Together.
2. Kemampuan berpikir kreatif dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif berdasarkan empat indikator, yaitu:
a.
Aspek kelancaran (fluency)
merupakan kemampuan siswa untuk mengemukakan gagasan atau ide dengan lancar
yang ditandai dengan perilaku yang mampu mengajukan berbagai macam pertanyaan
atau memberi sejumlah jawaban apabila ada pertanyaan (Afidah, Santosa, &
Indrowati; 2012:7);
b.
Aspek keluwesan atau fleksibilitas (flexibility)
ditunjukkan dengan kemampuan siswa memecahkan atau menyelesaikan masalah dengan
berbagai cara yang berbeda (Saefudin, 2012:46);
c.
Aspek keaslian (originality)
dapat diketahui ketika siswa memberikan respon yang unik, tidak biasa, dan hanya
dilakukan oleh sedikit siswa (Fardah, 2012:2);
d.
Aspek elaborasi (elaboration)
merupakan bagaimana siswa membangun ide yang dimilikinya terhadap pembelajaran (Eragamreddy,
2013:140).
3. Materi ketenagakerjaan menjadi objek penelitian pada mata
pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Patimpeng.
.
E. Manfaat
Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil
dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran Numbered Heads Think Talk
Write Together terhadap kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran
ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Patimpeng.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi
siswa, penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Think Talk Write Together berguna dalam mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan ketenagakerjaan di kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Patimpeng;
b.
Bagi
Guru, mendapatkan masukan model pembelajaran interaktif yang cocok untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa;
c.
Bagi
Kepala Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
belajar mengajar untuk meningkatkan proses pembelajaran yang aktif, interaktif,
dan dapat menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar